(*049)
Disa’at banyak daerah yang membutuhkan gedung sekolah
yang layak untuk proses belajar mengajar, tapi lain halnya yang terjadi di Kecamatan
Cerenti Kabupaten Kuansing ini. Ada sebuah bangunan sekolah yang sudah selesai
dibangun dari 5 (lima) tahun yang lalu tepatnya di antara Desa Sikakak dan Desa
Pulau Jambu yang bangunannya cukup megah untuk ukuran sebuah sekolah ini
tapi hingga sa’at ini tidak ditempati. Jika dilihat kondisinya sekarang
bangunan itu sangat memprihatinkan. Hampir semua kaca jendelanya hancur akibat
tangan – tangan usil, lantainya yang terbuat dari keramik sudah berubah warna
menjadi coklat pekat karena kotoran kelelawar. Dan jika dilihat dari jauh
seperti bangunan peninggalan belanda yang sudah usang karena mulai dipenuhi
tumbuhan akar dan lumut.
Yang lebih anehnya lagi, bangunan tersebut berada
sangat jauh dari pemukiman warga. Karena berada dihutan dan perkebunan karet
yang memisahkan Desa Sikakak dan Pulau Jambu. Sehingga kami kesulitan untuk mencari
keterangan tentang bangunan ini. Akhirnya kami mendatangi tempat terdekat yaitu
Dusun Candi yang berbatasan langsung dengan daerah dimana tempat sekolah itu
dibangun. Kami mencoba mencari informasi dari Ketua RT setempat. Bapak Darwin
(40th) sang ketua RT menjelaskan kalau bangunan tersebut dibuat bersamaan
dengan pembangunan jembatan yang menghubungkan Sikakak dan Pulau jambu. Tapi
setelah bangunan itu selesai pengerjaannya hingga sa’at ini tak kunjung
ditempati. Karena tak satupun ada anak yang mau bersekolah disitu. Ketika kami
menanyakan apa alasan anak – anak tidak mau bersekolah disana, Darwin
menjelaskan kalau letak sekolah itu sangat jauh dari pemukiman dan melewati
hutan.terang saja anak – anak tidak akan berani. Lebih jauh kami bertaya sebenarnya
sekolah ini dibangun oleh siapa, oleh pemerintahan kuansing kah, pribadi atau
dari mana, apakah ini SD Negeri, Swasta, Sekolah jauh dan lain
sebagainya, darwin menjelaskan tidak terlalu mengetahui hal itu, karena
pembangunan sekolah ini tidak dimusyawarahkan dulu dengan masyarakat setempat.
Memang setelah kami telusuri, sekolah ini berjarak
sekitar 2 Km dari pemukiman warga baik kehulu maupun kehilir. Tidak puas dengan
penjelasan Pak Darwin, kami mencari informasi kepada warga yang lain.
Jawabannya tetap sama, mereka juga tidak tau banyak tentang bangunan sekolah
ini. Tapi warga punya keyakinan banguan ini tidak dibangun pemerintahan
Kuansing tapi inisiatif dari salah satu warga Cerenti yang pernah menjadi
Anggota Dewan Prov. Riau yang mengurus pembangunannya. Dan jika Sekolah ini
sepaket dengan bangunan jembatan artinya dananya dari tingkat I ( Provinsi )
Entah mana yang benar, wallahu ‘alam. Kami pun
tidak melanjutkan menggali informasi ini lebih jauh karena tidak tau mau kemana
lagi bertanya dan rasanya tidak terlalu penting lagi. Toh bangunan ini
pun sudah tidak layak huni lagi. Apakah ini salah satu bentuk pencucian uang,
seperti pengalih perhatian untuk tindakan korupsi atau bangunan ini memang
dibuat untuk tujuan mulia memberikan sarana prasarana demi kemajuan dunia
pendidikan. Semua kemungkinan itu bisa terjadi. Tapi yang pasti mari semua
pihak mengambil hikmah dari hal ini. Jangan sampai terjadi lagi hal serupa.
Rencanakan dulu dengan matang semua hal yang ingin dilakukan. Karena jika uang
dari sekolah yang tidak ada gunanya ini bisa saja digunakan untuk merenovasi
sekolah – sekolah yang membutuhkan perbaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar