Mitra Humas mungkin pernah mendengar istilah
“hater”, yang berasal dari bahasa Inggris yang artinya pembenci. Hal ini
berkaitan dengan masa kampanye Pilpres, sebagian orang memposisikan
diri pada kelompok yang mendukung Capres dengan nomor urut tertentu dan
sebagian yang lain berada di kelompok pendukung Capres yang lain. Namun
ada pula kelompok yang tidak memposisikan diri secara langsung berada
diantara kedua kelompok tersebut. Seiring dengan terbentuknya kelompok
pendukung masing – masing Capres ini juga menimbulkan sebuah fenomena
kelompok “hater” di media online. Kelompok hater ini mudah berkembang
melalui internet atau media online yang kadangkala memaksakan kebencian
pada orang lain tanpa ada alasan yang jelas. Namun kelompok ini tidak
bisa membedakan antara benci dan cemburu (Tempo.com, Jakarta,2014).
Sebuah penelitian di Universitas California Amerika Serikat, menemukan
orang awam dapat terjangkit virus “hater (Pembenci)” dengan mudah
melalui internet.
Keberpihakan atau semangat untuk mendukung salah satu Capres telah berubah menjadi virus kebencian terhadap pendukung Capres yang lain. Padahal sebenarnya secara personal, tidak pernah ada permasalahan sebelumnya antara kelompok pendukung tersebut. Virus kebencian tersebut tampak pada ungkapan kata – kata dan kalimat yang saling menyerang, mengejek, menghina melalui media sosial seperti Twitter, komentar pada facebook, dan sebagainya. Padahal seharusnya dukungan yang diberikan terhadap salah satu pasangan Capres sebaiknya menampilkan dan membahas tentang dukugan terhadap program, visi dan misi yang logis untuk direalisasikan.
Oleh karena itu, sebagai warga negara yang cerdas dan bangsa yang santun, tentu sebaiknya kita dapat memposisikan diri dalam memberikan dukungan secara lebih cerdas dan santun pula. Sehingga melalui interaksi di media sosial, kita dapat menciptakan suasana yang nyaman, karena rasa nyaman tidak hanya ingin kita rasakan dalam dunia nyata saja.
Keberpihakan atau semangat untuk mendukung salah satu Capres telah berubah menjadi virus kebencian terhadap pendukung Capres yang lain. Padahal sebenarnya secara personal, tidak pernah ada permasalahan sebelumnya antara kelompok pendukung tersebut. Virus kebencian tersebut tampak pada ungkapan kata – kata dan kalimat yang saling menyerang, mengejek, menghina melalui media sosial seperti Twitter, komentar pada facebook, dan sebagainya. Padahal seharusnya dukungan yang diberikan terhadap salah satu pasangan Capres sebaiknya menampilkan dan membahas tentang dukugan terhadap program, visi dan misi yang logis untuk direalisasikan.
Oleh karena itu, sebagai warga negara yang cerdas dan bangsa yang santun, tentu sebaiknya kita dapat memposisikan diri dalam memberikan dukungan secara lebih cerdas dan santun pula. Sehingga melalui interaksi di media sosial, kita dapat menciptakan suasana yang nyaman, karena rasa nyaman tidak hanya ingin kita rasakan dalam dunia nyata saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar