SRI VERAWATI,Spd
Gairah serta
perhatian terhadap Pendidikan Anak Usia Dini, saat ini cukup mengembirakan, berbagai
kalangan dan lapisan masyarakat mulai konsen terhadap pendidikan yang satu ini.
Pemerintah, sejalan dengan deklarasi
juga mempersiapkan berbagai cara untuk memperhatikan Pendidikan Anak
Usia Dini. Dimana-mana orang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui
lembaga sekolah yang ada. Mereka pun berlomba untuk memberikan anak-anak mereka
pelayanan pendidikan yang baik Taman Kanak-kanak pun bermunculan, dengan
berbagai bentuk dan rupa, di kota-kota sampai kedesa. Kursus-kursus kilat untuk
anak-anak juga bertebaran di berbagai tempat, dari khusus yang menawarkan otak anak
cerdas, cakap berbagai bahasa, hingga badan sehat.
Dibalik itu sesungguhnya ada ketidak patutan dalam memperlakukan anak. Ketidak
patutan orang tua serta kesalahan yang di lakukan terhadap anak-anaknya, dapat
di kelompokan dalam berbagai gaya orang tua .
Elkind (1989) mengelompokan berbagai gaya orang tua dalam pengasuhan
anak, antara lain :
1.
Orang tua intelek
Kelompok ini adalah keluarga kelas menengah ke atas. Mereka sangat
peduli terhadap pendidikan anak-anaknya sering melibatkan diri dalam berbagai
kegiatan anak disekolah. Mereka percaya bahwa pendidikan yang baik merupakan
pondasi dari kesuksesan hidup. Namun terkadang mereka tergiur menjadikan
anak-anak mereka “super kids”, yaitu anak yang memperlihatkan kemampuan
akademik tinggi. Untuk itu, mereka tidak segan-segan memasukakan anak-anaknya kesekolah mahal dan bergengsi, sebagai
bukti mereka mampu dan percaya bahwa pendidikan yang baik itu harus di bayar
dengan pantas.
2.
Orang tua borju
Mereka adalah kelompok pasangan muda yang sukses dan memiliki gaya hidup
kebarat-kebaratan. Mereka adalah orang tua yang cenderung merawat harta dan
karier mereka, yaitu penuh dengan ambisi. Berbagai isu mutakhir tentang
pengasuhan yang baik seperti membangun karier, maka “super kids” merupakan
kesuksesan mereka mengantarkan anak-anaknya.
3. Orang tua selebritis
Kelompok ini adalah kelompok orang tua yang menginginkan anak-anaknya
menjadi kompetitif dalam berbagai gelanggang. Mereka mengirim anak-anaknya
keberbagai kompetisi dan kejuaran, berbagai kontes di ikuti, mereka ingin
putra-putrinya menjadi “seorang bintang”. Sejak kecil mereka sudah di
persiapkan menjadi “sang juara”. Apa yang terjadi? pemaksaan seperti ini, justru
sering kali membahayakan anak-anak mereka. Mereka lupa bahwa kapasitas sang
anak belum tentu sesuai dengan selera orang tuanya.
4. Orang tua paranoid
Kelompok orang tua seperti ini memprioritaskan pendidikan yang dapat
memberikan kenyamanan dan keselamatan ke pada anak-anaknya, menjadi anak-anak
yang hebat agar dapat melindungi diri mereka dari berbagai macam mara bahaya.
Oleh karna itulah, mereka memasukan anak-anaknya pada latihan karate, pencak
silat, dan lain-lain. Ketidak patutan pemikiran kelompok ini dalam mendidik
anak adalah mereka terlalu berlebihan melihat mara bahaya diluar rumah tangga
mereka .
5. Orang
tua instan
Kelompok orang tua seperti ini merupakan kelompok orang tua yang sukses
dalam karier, namun tidak memiliki pendidikan yang cukup. Mereka memandang
bahwa kesuksesan mereka adalah dunia bisnis merupakan kesuksesan yang di
peroleh begitu saja ( instan ) dan itulah yang di terapkan pada anak-anaknya.
Wallahu a’lam
Trima kasih bwt Buk Vera dan kami sbgai org tua sgt suka dgn Artikel atw Opini2 sprti ini dn semoga media suara rakyat riau ini menjadi wadah bagi kami masyarakat lemah ke bawah dlm menympaikan asfirasi kami.
BalasHapus