Jumat, 07 Maret 2014

Kecamatan Tapung Menuju Sentra Sapi, Populasi Sapi Di Dua Desa Terus Bertambah


BANGKINANG-SRR

SRR-(*048)

Kecamatan Tapung yang digadang-gadangkan sebagai sentra sapi di Kabupaten Kampar ternyata tak hanya isapan jempol. Perkembangan populasi di empat desa Gading Sari, Indrapuri, Mukti Sari dan Tanjung Sawit setahun belakangan cukup menggembirakan.

"Tahun lalu, sapi di Indrapuri berada di angka 600 ekor. Sekarang sudah menjadi 628 ekor. Terus di Gading Sari dari 550 ekor menjadi 625 ekor. Di Mukti Sari ada sekitar 200 ekor dan Tanjung Sawit 250 ekor. Jadi total sapi yang ada di empat desa ini sudah mencapai 1703 ekor,” terang Waris, petugas penyuluh lapangan di empat desa itu saat mendampingi Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan Nurhasani meninjau kawasan peternakan itu beberapa waktu lalu.

Waris cerita, peternakan sapi dengan jumlah besar di Gading Sari dan Indrapuri sudah berlangsung sejak tahun 2012 lalu. Sapi-sapi itu, ada yang bantuan pusat, swadaya dan dana bergulir Pemkab Kampar. “Yang paling banyak itu dari dana bergulir. Kalau bantuan pusat, di Gading Sari 37 ekor dan Indrapuri 20 ekor” kata Waris.

Semua sapi yang ada di Indrapuri dan Gading Sari itu kata Waris dikelola oleh 6 kelompok. Dua kelompok di Indrapuri; Nandini dan Pujakusuma, sisanya di Gading Sari; Sepakat Bersama Gading Sari, Rezeki Makmur dan Gading Sari Bangkit.

Ketua Kelompok Ternak Sepakat Bersama Dodi Juwanto mengatakan, pada bulan Mei tahun lalu kelompoknya yang berjumlah 20 orang itu mendapat bantuan pemerintah pusat dalam bentuk duit sekitar Rp 300 juta. Duit itu kemudian dibelikan sapi dan sisanya untuk membangun kandang.

Ada tiga kandang yang dibangun. Kandang utama berukuran 5x10 meter. “Kami bisa membeli sapi sebanyak 37 ekor. Sebanyak 12 ekor jantan, sisanya betina,” kata Dodi di komplek kandang sapi kelompok itu di Akasia 12 Desa Gading Sari.

Lebaran haji tahun lalu, 8 ekor sapi jantan dijual. Seekor dijual antara Rp 9 juta hingga Rp 10 juta. “Modal awalnya hanya sekitar Rp 8 juta. Dari hasil penjualan itu, kami bisa membeli 10 ekor sapi. Lima jantan dan lima betina. Setelah setahun pelihara, jumlah sapi kami sekarang ada 41 ekor. Pertambahan itu berasal dari anakan. Sekarang saja indukan sudah ada beberapa yang bunting” cerita ayah satu anak ini.

Selain mendapat hasil dari pembesaran sapi, kelompok ini juga sudah bisa mengirit duit untuk membeli pupuk buat kebun kelapa sawitnya. Sebab saban bulan mereka bisa mengumpulkan 2000 liter urine. “Dari urine ini saja kami bisa dapat duit Rp 2 juta. Sebab kami jual Rp 1000 per liter,” ujarnya.

Prospek peternakan sapi di Gading Sari kata Dodi sebenarnya sangat menjanjikan. Tapi belakangan mereka mulai terkendala soal pakan, khususnya rumput. Desa sudah pernah berkirim surat kepada PT Perkebunan Nusantara V supaya dibolehkan ngangon sapi di lahan sawit perusahaan itu. “Tapi ndak dibolehkan. Alasannya takut pemanen sawit terganggu,” kata Kades Gading Sari Purwanto.

Meski mentok, Purwanto mengaku masih mengusahakan cara lain untuk memenuhi pakan ternak yang ada di desa itu. “Saya akan mengajak warga diskusi. Apakah akan menanam hijauan atau gimana. Kalau mau menanam hijauan, lahan powerline PT Chevron bisa kita pakai. Tinggal lagi kesepakatan dengan warga gimana. Pokoknya, demi suksesnya peternakan ini, desa akan terus berupaya mencari solusi,” katanya.
 
Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan Nurhasani juga mengakui kalau prospek peternakan di Gading Sari dan Indrapuri sangat menjanjikan. “Kemauan warga beternak sangat tinggi. Makanya saya bersama staf akan lebih optimal memantau dan melakukan pembinaan di empat desa ini. Meski saya perempuan, mereka nggak perlu khawatirlah. Sebab dari dulu saya sudah jadi orang lapangan, kok. Saya akan sering mengunjungi kawasan peternakan yang ada di semua kecamatan. Nggak hanya di Tapung ini saja. Mau hari libur atau hari kerja, nggak jadi soal,” kata Nurhasani. (Jalinus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar