BANGKINANG-SRR
SRR-(*048)
Kecamatan
Tapung yang digadang-gadangkan sebagai sentra sapi di Kabupaten Kampar ternyata
tak hanya isapan jempol. Perkembangan populasi di empat desa Gading Sari, Indrapuri,
Mukti Sari dan Tanjung Sawit setahun belakangan cukup menggembirakan.
"Tahun
lalu, sapi di Indrapuri berada di angka 600 ekor. Sekarang sudah menjadi 628
ekor. Terus di Gading Sari dari 550 ekor menjadi 625 ekor. Di Mukti Sari ada
sekitar 200 ekor dan Tanjung Sawit 250 ekor. Jadi total sapi yang ada di empat
desa ini sudah mencapai 1703 ekor,” terang Waris, petugas penyuluh lapangan di
empat desa itu saat mendampingi Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan Nurhasani
meninjau kawasan peternakan itu beberapa waktu lalu.
Waris
cerita, peternakan sapi dengan jumlah besar di Gading Sari dan Indrapuri sudah
berlangsung sejak tahun 2012 lalu. Sapi-sapi itu, ada yang bantuan pusat,
swadaya dan dana bergulir Pemkab Kampar. “Yang paling banyak itu dari dana
bergulir. Kalau bantuan pusat, di Gading Sari 37 ekor dan Indrapuri 20 ekor”
kata Waris.
Semua
sapi yang ada di Indrapuri dan Gading Sari itu kata Waris dikelola oleh 6
kelompok. Dua kelompok di Indrapuri; Nandini dan Pujakusuma, sisanya di Gading
Sari; Sepakat Bersama Gading Sari, Rezeki Makmur dan
Gading Sari Bangkit.
Ketua Kelompok Ternak Sepakat Bersama Dodi Juwanto mengatakan, pada bulan Mei tahun lalu kelompoknya yang berjumlah 20 orang itu mendapat bantuan pemerintah pusat dalam bentuk duit sekitar Rp 300 juta. Duit itu kemudian dibelikan sapi dan sisanya untuk membangun kandang.
Ada
tiga kandang yang dibangun. Kandang utama berukuran 5x10 meter. “Kami bisa
membeli sapi sebanyak 37 ekor. Sebanyak 12 ekor jantan, sisanya betina,” kata
Dodi di komplek kandang sapi kelompok itu di Akasia 12 Desa Gading Sari.
Lebaran
haji tahun lalu, 8 ekor sapi jantan dijual. Seekor dijual antara Rp 9 juta
hingga Rp 10 juta. “Modal awalnya hanya sekitar Rp 8 juta. Dari hasil penjualan
itu, kami bisa membeli 10 ekor sapi. Lima jantan dan lima betina. Setelah
setahun pelihara, jumlah sapi kami sekarang ada 41 ekor. Pertambahan itu
berasal dari anakan. Sekarang saja indukan sudah ada beberapa yang bunting”
cerita ayah satu anak ini.
Selain
mendapat hasil dari pembesaran sapi, kelompok ini juga sudah bisa mengirit duit
untuk membeli pupuk buat kebun kelapa sawitnya. Sebab saban bulan mereka bisa
mengumpulkan 2000 liter urine. “Dari urine ini saja kami bisa dapat duit Rp 2
juta. Sebab kami jual Rp 1000 per liter,” ujarnya.
Prospek peternakan sapi
di Gading Sari kata Dodi sebenarnya sangat menjanjikan. Tapi belakangan mereka
mulai terkendala soal pakan, khususnya rumput. Desa sudah pernah berkirim surat
kepada PT Perkebunan Nusantara V supaya dibolehkan ngangon sapi di lahan
sawit perusahaan itu. “Tapi ndak dibolehkan. Alasannya takut pemanen sawit
terganggu,” kata Kades Gading Sari Purwanto.
Meski mentok, Purwanto
mengaku masih mengusahakan cara lain untuk memenuhi pakan ternak yang ada di
desa itu. “Saya akan mengajak warga diskusi. Apakah akan menanam hijauan atau gimana.
Kalau mau menanam hijauan, lahan powerline PT Chevron bisa kita pakai.
Tinggal lagi kesepakatan dengan warga gimana. Pokoknya, demi suksesnya
peternakan ini, desa akan terus berupaya mencari solusi,” katanya.
Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan Nurhasani juga mengakui kalau prospek peternakan di Gading Sari dan Indrapuri sangat menjanjikan. “Kemauan warga beternak sangat tinggi. Makanya saya bersama staf akan lebih optimal memantau dan melakukan pembinaan di empat desa ini. Meski saya perempuan, mereka nggak perlu khawatirlah. Sebab dari dulu saya sudah jadi orang lapangan, kok. Saya akan sering mengunjungi kawasan peternakan yang ada di semua kecamatan. Nggak hanya di Tapung ini saja. Mau hari libur atau hari kerja, nggak jadi soal,” kata Nurhasani. (Jalinus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar